Impulsive Bali trip (1)
Dear,
Kenapa impulsive, karena pergi ke Bali tapa pamit dan tanpa perencanaan. Had an argument with my mother and depressed due to my boyfriend wary heart. hahaha...
Jadi sore itu saya diam-diam mengepak barang, seadanya ke dalam tas backpack saya. 2 buah kaos lengan panjang, 1 long coat, 3 baju atasan, 1 long dress, 2 celana jalan, dan 1 celana tipis. Berbekal alat-alat mandi dan make up simpel, payung, macbook, pergilah saya ke Jogja menuju rumah sahabat, si Nyolz. Semalaman saya berkeluh kesah tentang gimana galau dan kalutnya saya hingga merasa perlu menyepi sejenak. Sempat ragu siy, apa bisa, apa yakin berangkat sendirian. Tapi daripada saya bengong sendirian dan hampir depresi, ya sudahlah... It's time to start my own solo travelling.
First step, buka Traveloka, cari tiket ke Bali, tiket pagi yang murah dari Jogja adalah Lion 07.35 seharga 426ribu. Selanjutnya cari hotel untuk 2 hari. Karena saya nggak tau berapa lama bakalan tinggal di Bali dan mau ke mana, jadi cuma booking tiket sekali pergi, toh nanti-nanti tinggal booking dan bayar via internet banking, voilaaa.. Thanks Traveloka.
Bangun pagi langsung mandi dan ditemani sarapan oleh si Nyolz, she insisted that her husband or her driver would take me to the airport. Tetapi karena saya harus mampir-mampir dulu untuk melengkapi alat-alat mandi dan membeli masker untuk dipakai naik motor di Bali nanti, saya memilih berjalan kaki dan memanggil abang gojek. hehehehe....
Jam 06.30 saya udah check-in di Bandara Adi Sucipto, suasana bandara pagi itu sudah ramai. Dan hal yang menyenangkan adalah, di masing-masing kursi sudah dilengkapi dengan charger, ini ngebantu banget karena sepertinya baterai Samsung note 4 saya sudah mulai tua. Begitu duduk, langsung bangkit lagi menuju Periplus, nggak afdol jalan-jalan kalau tanpa novel. And here it is, the brand new best seller edition of Kevin Kwan sequel, China Rich Girlfriend.
Jam 6.45, on time, pesawat Lion Air sudah mulai boarding. Dan akhirnya saya terbang lagi setelah hampir setahun nggak merasakan naik si burung besi. Satu jam 10 menit pesawat tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali... Yeaaaa.... (sayangnya fasilitasnya menurut saya kurang oke untuk level bandara internasional, nanti saya ceritain). Kesan pertama woooow.... turun pesawat, bus Lion sudah menunggu untuk mengantar hingga ke terminal kedatangan. Bersih dan dingin, so far oke lah ya. Keluar bandara, langsung melenggang bebas karena nggak bawa bagasi. Untuk perjalanan pesawat jarak jauh, saya sudah beberapa kali melakukan perjalanan baik sendiri ataupun rombongan untuk level penerbangan domestik maupun internasional. Jadi, nggak terlalu masalah dengan ini itu.
Hambatan pertama adalah, keluar airport... Naik apa ya? Kemana??? Jaman dulu ada Kak Aulia yang sudah sewa mobil dan janjian di bandara. Si kakak menyetir, dan saya tinggal duduk manis. Sekarang, sendiri... wooow.. Okay, easy...easy... Take it easy... Meskipun banyak tour resmi di sepanjang kanan dan kiri pintu keluar yang menawarkan jasa mengantar ke Kuta, harganya sekitar 100ribu 1 mobil, saya kekeeeuuuhhh jalan ke depan. Karena jarak dari bandara ke Kuta itu deket bangeeet. Nggak worthed 100ribu. Sambil googling trip perjalanan orang yang sudah pernah ke Bali sebelumnya. Dan voilaaaa..... Gojek. Lagi-lagi aplikasi kontroversial tersebut menjadi andalan. Meskipun harus berjalan keluar dari area bandara, nggak masalah lah ya, cuma sekita 200-300 meter ke arah parkiran motor, lalu belok kanan, Bapak gojek berjaket hijau sudah siap sambil menawarkan helmnya. Pilihan transportasi di sini ada Uber atau Gocar, tapi, ehm... tau lah ya, di bandara bagaimana untuk online application gini.
Perjalanan bandara Kuta hanya sekitar 10 menit, dan sampailah saya di Beneyasa beach inn 1, di daerah Benesari, salah satu gang yang dapat ditempuh dari Jl. Poppies II, belakang Beach Walk mall. Berhubung jam check in jam 14.00 dan saat itu waktu masih menunjukkan pukul 10.00, saya memutuskan untuk pergi ke mall dulu aja. Tragedi terjadi ketika saya sampai dan bilang ke bapak gojek kalau saya pakai Gopay. Dia bilang, maaf, cash kalau dari aplikasinya. Saya langsung cek HP. Sepertinya saya order gojek sebelum top up Gopay dulu, akhirnya meskipun saldo Gopay saya berisi 100rb,- tetapi terhitung cash. Mungkin lain kali harus hati-hati untuk top up dulu baru order kali yaaaa. Lesson learned.
Lanjut cerita, mall yang saya kunjungi ini baru, tepat di seberang pantai Kuta, dan langsung, dingiiiiiinnn.... Lima tahun yang lalu yang saya inget cuma foto di depan Hard Rock aja, mall yang saya kunjungi pun Discovery mall aja. Dan pas tadi lewat mall itu, hmm... beda. Jauh beda, this one was prettier. Oke, isinya memang produk 'high class' yang saya sebenarnya sedang tidak butuh. Tapi wifi nya kenceng dan bisa kongkow lama di Burger King sambil menunggu waktu check in. Dan di situ lah saya browsing untuk mencari-cari blog yang memuat perjalanan ke Bali, kira-kira tempat mana saja yang perlu dicoba lagi. Ternyata saya nggak benar-benar bisa lepas dari figure planner, nggak bisa just go out and play. Hehehehe... Burger dan minum di sini paketnya sekitar 50-60 ribu, udah berisi burger, french fries, dan minuman size medium. Untuk makan siang dan wifi 4 jam, it worthed laaa... Pilihan makanan lain ada Warung Betawi, Cha time, Sour sally, Nanny's pavilion, Starbucks, dan beberapa pilihan tempat makan yang lain yang berbendera internasional dan saya nggak tahu itu apa. Burger is a safe choice.
Pukul 14.00 saya jalan menyusuri Poppies II menuju hotel tempat saya menginap. Daerah Benesari ramai dengan kafe dan bar, kesannya padat, penuh, dan (maap) sedikit kumuh. Hotel di daerah sini kebanyakan hotel-hotel lama yang dikelola penduduk lokal seadanya, mungkin untuk orang-orang yang melakukan backpacker irit seperti saya atau para bule yang berniat menetap lama. Kamar yang saya pesan seharga 97rb dari Traveloka, menyediakan 1 bed ukuran queen dengan 2 bantal, fan, dan bathroom. Untuk bathroom cukup lengkap ya, wastafel, kaca, shower hot and cold, toilet, dan sebuah handuk, tipis dan usang siy, tapi seharga 97rb??? Hahahaha.. Makanya saya nggak terlalu banyak protes saat tempatnya tidak wangi dan tidak semewah hotel biasa. Dulu perjalanan 5 tahun yang lalu, saya dan kak Aulia menginap di hotel yang medium class di area Kuta juga. Tapi, sayaaaang. Seharian kami tidak memakainya, karena berangkat pagi dan pulang malam hari. Jadi untuk trip solo pertama saya ini, saya pikir, ya udahlah, toh seharian bakalan keluar hotel, ngapain cari hotel bagus. Tapiiii....... whoooooop
Tapi ternyata Bali setiap siang menjelang sore selalu hujan, jadi terpaksa saya pulang cepet ke hotel, dan terpaksa berdiam di dalam kamar yang kurang nyaman tersebut. Duh, kalau mau jalan-jalan mungkin lain kali perlu cek prakiraan cuaca kali ya. Hahahahahaaaa... Mo duduk di luar menonton hujan pun kurang nyaman karena nggak mungkin kan saya melepas jilbab di balkon, meskipun di situ juga tersedia 1 meja dan 2 kursi kecil. Untuk backpacker yang berniat banyak jalan di Bali, jarang di hotel, dan dana terbatas, pilihan hotel ini cocok. Mo ke pantai, tinggal jalan 5 menit booo' Andai tidak hujan.
Sore itu berhubung sudah nge mall seharian, saya habiskan waktu di kamar untuk melanjutkan searching dan planning. Wifinya kenceng in several position. Macbook pro saya mampu menangkap sinyalnya, tetapi, Samsung note saya nggak bisa mendeteksi keberadaan jaringan ini. Duh... But, again, 97rb. Plus saya bisa sewa motor mulai dari Senin siang-Rabu siang cuma 100rb. Harusnya kalau tarif normal 3 x 60rb, entah si Bli waktu saya tanya jawabnya 120rb, saya tawar deh jadi 100rb. Alhamdulillah, rezeki anak backpacker. Hehehehehe...
Sore saya keluar sebentar rencananya mau lihat sunset dan beli power bank buat back up si Note. Saya nggak bawa kamera, jadi Note bakalan jadi andalan buat kamera, map, dan feature searchingnya. E tapi mihilll bo. Ngapain beli lagi kalau di rumah sebenarnya ada 2 powerbank yang tidak terpakai. Duh duh duh... impulsive trip. Mau beli kamera, lha nanti kalau langsung jago ambil foto, kalau hasilnya jelek, malah kecewa. Di rumah sudah ada 1 kamera tustel dan 1 kamera underwater, kalau mau beli baru setidaknya kan DSLR atau mirrorless. Lha susyeee pakainya. Alhasil kemana-mana saya bawa charger. Dan setiap ada power contact, langsung deh nge-cass. Nggak praktis. Makanya jangan impulsive... plan baik-baik, buat pengalaman lah ya. Mulai habis maghrib habis muter ngapalin jalan (iya ngapalin, karena banyak jalan searah di sini, apalagi kalau bawa motor sendiri dan susah melihat GPS di map terus, mau nggak mau kudu belajar ngapalin jalan, jalan sekitar Kuta dan sekitar hotel lah setidaknya ya) dan kehujanan, saya mandi dan langsung searching sana sini memplanning trip dan akomodasi lanjutan, kemudian siap-siap tidur untuk mempersiapkan perjalanan hari esok.
Segini dulu ya... see you next time di part 2 hari kedua..
Kenapa impulsive, karena pergi ke Bali tapa pamit dan tanpa perencanaan. Had an argument with my mother and depressed due to my boyfriend wary heart. hahaha...
Jadi sore itu saya diam-diam mengepak barang, seadanya ke dalam tas backpack saya. 2 buah kaos lengan panjang, 1 long coat, 3 baju atasan, 1 long dress, 2 celana jalan, dan 1 celana tipis. Berbekal alat-alat mandi dan make up simpel, payung, macbook, pergilah saya ke Jogja menuju rumah sahabat, si Nyolz. Semalaman saya berkeluh kesah tentang gimana galau dan kalutnya saya hingga merasa perlu menyepi sejenak. Sempat ragu siy, apa bisa, apa yakin berangkat sendirian. Tapi daripada saya bengong sendirian dan hampir depresi, ya sudahlah... It's time to start my own solo travelling.
First step, buka Traveloka, cari tiket ke Bali, tiket pagi yang murah dari Jogja adalah Lion 07.35 seharga 426ribu. Selanjutnya cari hotel untuk 2 hari. Karena saya nggak tau berapa lama bakalan tinggal di Bali dan mau ke mana, jadi cuma booking tiket sekali pergi, toh nanti-nanti tinggal booking dan bayar via internet banking, voilaaa.. Thanks Traveloka.
Bangun pagi langsung mandi dan ditemani sarapan oleh si Nyolz, she insisted that her husband or her driver would take me to the airport. Tetapi karena saya harus mampir-mampir dulu untuk melengkapi alat-alat mandi dan membeli masker untuk dipakai naik motor di Bali nanti, saya memilih berjalan kaki dan memanggil abang gojek. hehehehe....
Jam 06.30 saya udah check-in di Bandara Adi Sucipto, suasana bandara pagi itu sudah ramai. Dan hal yang menyenangkan adalah, di masing-masing kursi sudah dilengkapi dengan charger, ini ngebantu banget karena sepertinya baterai Samsung note 4 saya sudah mulai tua. Begitu duduk, langsung bangkit lagi menuju Periplus, nggak afdol jalan-jalan kalau tanpa novel. And here it is, the brand new best seller edition of Kevin Kwan sequel, China Rich Girlfriend.
Jam 6.45, on time, pesawat Lion Air sudah mulai boarding. Dan akhirnya saya terbang lagi setelah hampir setahun nggak merasakan naik si burung besi. Satu jam 10 menit pesawat tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali... Yeaaaa.... (sayangnya fasilitasnya menurut saya kurang oke untuk level bandara internasional, nanti saya ceritain). Kesan pertama woooow.... turun pesawat, bus Lion sudah menunggu untuk mengantar hingga ke terminal kedatangan. Bersih dan dingin, so far oke lah ya. Keluar bandara, langsung melenggang bebas karena nggak bawa bagasi. Untuk perjalanan pesawat jarak jauh, saya sudah beberapa kali melakukan perjalanan baik sendiri ataupun rombongan untuk level penerbangan domestik maupun internasional. Jadi, nggak terlalu masalah dengan ini itu.
Hambatan pertama adalah, keluar airport... Naik apa ya? Kemana??? Jaman dulu ada Kak Aulia yang sudah sewa mobil dan janjian di bandara. Si kakak menyetir, dan saya tinggal duduk manis. Sekarang, sendiri... wooow.. Okay, easy...easy... Take it easy... Meskipun banyak tour resmi di sepanjang kanan dan kiri pintu keluar yang menawarkan jasa mengantar ke Kuta, harganya sekitar 100ribu 1 mobil, saya kekeeeuuuhhh jalan ke depan. Karena jarak dari bandara ke Kuta itu deket bangeeet. Nggak worthed 100ribu. Sambil googling trip perjalanan orang yang sudah pernah ke Bali sebelumnya. Dan voilaaaa..... Gojek. Lagi-lagi aplikasi kontroversial tersebut menjadi andalan. Meskipun harus berjalan keluar dari area bandara, nggak masalah lah ya, cuma sekita 200-300 meter ke arah parkiran motor, lalu belok kanan, Bapak gojek berjaket hijau sudah siap sambil menawarkan helmnya. Pilihan transportasi di sini ada Uber atau Gocar, tapi, ehm... tau lah ya, di bandara bagaimana untuk online application gini.
Perjalanan bandara Kuta hanya sekitar 10 menit, dan sampailah saya di Beneyasa beach inn 1, di daerah Benesari, salah satu gang yang dapat ditempuh dari Jl. Poppies II, belakang Beach Walk mall. Berhubung jam check in jam 14.00 dan saat itu waktu masih menunjukkan pukul 10.00, saya memutuskan untuk pergi ke mall dulu aja. Tragedi terjadi ketika saya sampai dan bilang ke bapak gojek kalau saya pakai Gopay. Dia bilang, maaf, cash kalau dari aplikasinya. Saya langsung cek HP. Sepertinya saya order gojek sebelum top up Gopay dulu, akhirnya meskipun saldo Gopay saya berisi 100rb,- tetapi terhitung cash. Mungkin lain kali harus hati-hati untuk top up dulu baru order kali yaaaa. Lesson learned.
Lanjut cerita, mall yang saya kunjungi ini baru, tepat di seberang pantai Kuta, dan langsung, dingiiiiiinnn.... Lima tahun yang lalu yang saya inget cuma foto di depan Hard Rock aja, mall yang saya kunjungi pun Discovery mall aja. Dan pas tadi lewat mall itu, hmm... beda. Jauh beda, this one was prettier. Oke, isinya memang produk 'high class' yang saya sebenarnya sedang tidak butuh. Tapi wifi nya kenceng dan bisa kongkow lama di Burger King sambil menunggu waktu check in. Dan di situ lah saya browsing untuk mencari-cari blog yang memuat perjalanan ke Bali, kira-kira tempat mana saja yang perlu dicoba lagi. Ternyata saya nggak benar-benar bisa lepas dari figure planner, nggak bisa just go out and play. Hehehehe... Burger dan minum di sini paketnya sekitar 50-60 ribu, udah berisi burger, french fries, dan minuman size medium. Untuk makan siang dan wifi 4 jam, it worthed laaa... Pilihan makanan lain ada Warung Betawi, Cha time, Sour sally, Nanny's pavilion, Starbucks, dan beberapa pilihan tempat makan yang lain yang berbendera internasional dan saya nggak tahu itu apa. Burger is a safe choice.
Pukul 14.00 saya jalan menyusuri Poppies II menuju hotel tempat saya menginap. Daerah Benesari ramai dengan kafe dan bar, kesannya padat, penuh, dan (maap) sedikit kumuh. Hotel di daerah sini kebanyakan hotel-hotel lama yang dikelola penduduk lokal seadanya, mungkin untuk orang-orang yang melakukan backpacker irit seperti saya atau para bule yang berniat menetap lama. Kamar yang saya pesan seharga 97rb dari Traveloka, menyediakan 1 bed ukuran queen dengan 2 bantal, fan, dan bathroom. Untuk bathroom cukup lengkap ya, wastafel, kaca, shower hot and cold, toilet, dan sebuah handuk, tipis dan usang siy, tapi seharga 97rb??? Hahahaha.. Makanya saya nggak terlalu banyak protes saat tempatnya tidak wangi dan tidak semewah hotel biasa. Dulu perjalanan 5 tahun yang lalu, saya dan kak Aulia menginap di hotel yang medium class di area Kuta juga. Tapi, sayaaaang. Seharian kami tidak memakainya, karena berangkat pagi dan pulang malam hari. Jadi untuk trip solo pertama saya ini, saya pikir, ya udahlah, toh seharian bakalan keluar hotel, ngapain cari hotel bagus. Tapiiii....... whoooooop
Tapi ternyata Bali setiap siang menjelang sore selalu hujan, jadi terpaksa saya pulang cepet ke hotel, dan terpaksa berdiam di dalam kamar yang kurang nyaman tersebut. Duh, kalau mau jalan-jalan mungkin lain kali perlu cek prakiraan cuaca kali ya. Hahahahahaaaa... Mo duduk di luar menonton hujan pun kurang nyaman karena nggak mungkin kan saya melepas jilbab di balkon, meskipun di situ juga tersedia 1 meja dan 2 kursi kecil. Untuk backpacker yang berniat banyak jalan di Bali, jarang di hotel, dan dana terbatas, pilihan hotel ini cocok. Mo ke pantai, tinggal jalan 5 menit booo' Andai tidak hujan.
Sore itu berhubung sudah nge mall seharian, saya habiskan waktu di kamar untuk melanjutkan searching dan planning. Wifinya kenceng in several position. Macbook pro saya mampu menangkap sinyalnya, tetapi, Samsung note saya nggak bisa mendeteksi keberadaan jaringan ini. Duh... But, again, 97rb. Plus saya bisa sewa motor mulai dari Senin siang-Rabu siang cuma 100rb. Harusnya kalau tarif normal 3 x 60rb, entah si Bli waktu saya tanya jawabnya 120rb, saya tawar deh jadi 100rb. Alhamdulillah, rezeki anak backpacker. Hehehehehe...
Sore saya keluar sebentar rencananya mau lihat sunset dan beli power bank buat back up si Note. Saya nggak bawa kamera, jadi Note bakalan jadi andalan buat kamera, map, dan feature searchingnya. E tapi mihilll bo. Ngapain beli lagi kalau di rumah sebenarnya ada 2 powerbank yang tidak terpakai. Duh duh duh... impulsive trip. Mau beli kamera, lha nanti kalau langsung jago ambil foto, kalau hasilnya jelek, malah kecewa. Di rumah sudah ada 1 kamera tustel dan 1 kamera underwater, kalau mau beli baru setidaknya kan DSLR atau mirrorless. Lha susyeee pakainya. Alhasil kemana-mana saya bawa charger. Dan setiap ada power contact, langsung deh nge-cass. Nggak praktis. Makanya jangan impulsive... plan baik-baik, buat pengalaman lah ya. Mulai habis maghrib habis muter ngapalin jalan (iya ngapalin, karena banyak jalan searah di sini, apalagi kalau bawa motor sendiri dan susah melihat GPS di map terus, mau nggak mau kudu belajar ngapalin jalan, jalan sekitar Kuta dan sekitar hotel lah setidaknya ya) dan kehujanan, saya mandi dan langsung searching sana sini memplanning trip dan akomodasi lanjutan, kemudian siap-siap tidur untuk mempersiapkan perjalanan hari esok.
Segini dulu ya... see you next time di part 2 hari kedua..
Comments
Post a Comment